Pendahuluan
Hari raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap 6 bulan Bali (210
hari) yaitu pada hari Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku Dungulan) sebagai
hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).
Perayaan hari raya Galungan identik dengan pemasangan
penjor di tepi jalan di depan setiap rumah. Sehingga membuat suasana modern
terlihat alami dan indah. 10 hari setelah perayaan hari raya Galungan akan
diikuti oleh hari raya Kuningan.
Penjor adalah hiasan yang terbuat dari bambu dan dihias
sedemikian rupa sesuai dengan tradisi masyarakat Bali setempat. Penjor yang
terpasang di tepi jalan (setiap rumah) itu sendiri merupakan haturan ke hadapan
Sang hyang Widhi Wasa (Tuhan YME).
Hingga
kini sebenarnya belum ada yang bisa memastikan kapan tepatnya upacara besar ini
pertama kali diadakan di Indonesia. Apabila bertepatan dengan purnama, Galungan
di adakan dengan upacara yang lebih utama dan lebih meriah. Disamping itu ada
keyakinan bahwa hari Purnama itu adalah hari yang diberkahi oleh Sanghyang Ketu
yaitu Dewa Kecemerlangan.
Galungan sempat dihentikan perayaannya
pada masa Raja Sri Ekajaya (tahun Saka 1103) dan Raja Sri Dhanadi. Namun saat
Galungan dihentikan perayaannya banyak terjadi musibah dan malapetaka yang
menimpa Bali, saat itu banyak pejabat pejabat wafat diusia yang relatif masih
muda. Saat Raja Sri Dhanadi mangkat dan digantikan Raja Sri Jayakasunu pada
tahun 1126 Saka, barulah Galungan dirayakan kembali setelah beberapa puluh
tahun tidak dirayakan.
Teori
Arti dari kata Galungan sendiri
berasal dari Jawa Kuno yang berarti bertarung, atau biasa disebut dengan
Dungulan yang berarti menang. Sedangkan perbedaan penyebutan wuku Galungan
(Jawa) dan wuku Dungulan (Bali) adalah sama artinya, yaitu menang.
Menurut Lontar Purana Bali Dwipa, hari raya Galungan
pertama kali dirayakan pada hari purnama kapat (Budha Kliwon Dungulan) di tahun
882 Masehi atau tahun saka 804. Lontar tersebut berbunyi: “Punang aci Galungan
ika ngawit, Bu, Ka, Dungulan sasih kacatur, tanggal 15, isaka 804. Bangun
indria Buwana ikang Bali rajya.” Artinya: “Perayaan (upacara) Hari Raya Galungan
itu pertama-tama adalah pada hari Rabu Kliwon, (Wuku) Dungulan sasih kapat
tanggal 15, tahun 804 Saka. Keadaan Pulau Bali bagaikan Indra Loka.”
Lontar sendiri merupakan
pustaka suci (yang disucikan)/kitab pedoman bagi umat Hindu.
Galungan dan Kuningan dirayakan sebanyak dua kali dalam setahun kalender Masehi. Perhitungan perayaan kedua hari raya tersebut berdasarkan kalender Bali. Galungan setiap hari Rabu pada wuku Dungulan. Sementara Kuningan setiap hari Sabtu pada wuku Kuningan.
Galungan dan Kuningan dirayakan sebanyak dua kali dalam setahun kalender Masehi. Perhitungan perayaan kedua hari raya tersebut berdasarkan kalender Bali. Galungan setiap hari Rabu pada wuku Dungulan. Sementara Kuningan setiap hari Sabtu pada wuku Kuningan.
Makna
hari raya Galungan dan Kuningan
Secara filosofis, Hari Raya Galungan dimaksudkan agar umat Hindu mampu membedakan dorongan hidup antara adharma dan budhi atma (dharma = kebenaran) di dalam diri manusia itu sendiri. Kebahagiaan bisa diraih tatkala memiliki kemampuan untuk menguasai kebenaran.
Secara filosofis, Hari Raya Galungan dimaksudkan agar umat Hindu mampu membedakan dorongan hidup antara adharma dan budhi atma (dharma = kebenaran) di dalam diri manusia itu sendiri. Kebahagiaan bisa diraih tatkala memiliki kemampuan untuk menguasai kebenaran.
Dilihat dari sisi upacara, adalah sebagai momen umat
Hindu untuk mengingatkan baik secara spiritual maupun ritual agar selalu
melawan adharma dan menegakkan dharma. Bisa disimpulkan bahwa inti Galungan
ialah menyatukan kekuatan rohani agar umat Hindu mendapat pendirian serta
pikiran yang terang, yang merupakan wujud dharma dalam diri manusia.
Analisis
Galungan adalah menyatukan kekuatan
rohani agar mendapat pikiran dan pendirian yang terang. Bersatunya rohani dan
pikiran yang terang inilah wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacauan
pikiran itu (byaparaning idep) adalah wujud adharma. Dari konsepsi lontar
Sunarigama inilah didapatkan kesimpulan bahwa hakikat Galungan adalah merayakan
me-nangnya dharma melawan adharma.
Referensi
http://www.mediahindu.com/asal-usul/makna-hari-raya-galungan-dan-kuningan-di-bali.html
http://bali.panduanwisata.id/pura-hindu-bali/merayakan-hari-raya-galungan/
No comments:
Post a Comment