Dibangun oleh Sultan Ahmed I berasal dari Dinasti Ottoman yang menguasaiTurki pada abad ke-14. Sultan Ahmed I memerintah Turki mulai tahun 1603 – 1617. Konstruksi masjid mulai dibangun pada tahun 1609, oleh arsitek terkenal pada jaman itu, yaitu Mehmed Aga. Pada tahun 1616, masjid ini selesai dibangun.
Sultan Ahmed I membangun
Masjid Biru untuk menandingi bangunan Hagia Sophiabuatan kaisar Byzantine yaitu
Constantinople. Hagia Sophia berada satu blok dari Masjid Biru. Hagia Sophia
dulunya adalah Gereja Byzantine sebelum jatuh ke daulah Turki Ottoman pada
tahun 1453 M .
Kembali ke Masjid Biru
yang elok nan rupawan ini, memiliki 6 menara, diameter kubah 23,5 meter dengan
tinggi kubah 43 meter, dan kolom beton berdiameter 5 meter. Masjid ini adalah
satu dari dua buah masjid di Turki yang mempunyai enam menara, yang satu lagi
berada di Adana.
Menurut legenda, Sultan
Ahmed I meminta kepada Mehmed Aga untuk membuat menara yang terbuat dari emas.
Kata emas dalam bahasa Turki adalah “altin”. Apa mau dikata, sang arsitek salah
mendengar. Ia mengira Sultan Ahmed I ingin memiliki masjid dengan 6 menara.
Kata enam dalam bahasa Turki bunyinya “alti” dan memang terdengar amat mirip
dengan “altin”.
Akhirnya dibuatlah Blue
Mosque dengan 6 menara, bukannya 4 menara yang terbuat dari emas. Tadinya
Mehmed Aga mengira kepalanya akan dipenggal oleh Sultan Ahmed I, namun ketika
selesai, konon Sultan Ahmed I justru terpukau dengan desain 6 menara yang unik
itu.
Kabarnya, akibat jumlah
menara yang sama dengan Masjidil Haram di Makkah saat itu,Sultan Ahmed I
mendapat kritikan tajam sehingga akhirnya beliau menyumbangkan biaya pembuatan
menara ketujuh untuk Masjidil Haram.
Yang menarik, sebuah
rantai besi yang berat dipasang di atas pintu gerbang masjid sebelah barat. Di
masa lalu, hanya Sultan Ahmed I yang boleh memasuki halaman masjid dengan
mengendarai kuda, dan rantai ini dipasang agar Sultan Ahmed I menundukkan
kepalanya saat melintas masuk agar tidak terantuk rantai tersebut. Ini
dimaksudkan sebagai simbol kerendahan hati penguasa di hadapan kekuasaan Ilahi.
Tidak jauh dari Masjid
Biru, terdapat museum Aya Sofya. Selain terkenal dengan keindahan
arsitekturnya, Aya Sofya pertama dibangun sebagai katedral, lalu diubah menjadi
masjid selama 500 tahun dan sejak pemerintahan sekuler Republik Turkimenjadi
museum sampai saat ini. Belum lagi istana Topkapi yang menyimpan beberapa
peninggalan Rasulullah saw.
Masjid Biru, hingga kini,
masih berfungsi sebagai tempat ibadah. Masuk dalam kompleks masjid terbesar di
Istanbul ini, kita melewati taman bunga yang dilindungi pepohonan yang rindang.
Sebuah tempat wudhu berderet di sisi depan masjid menyambut kita sebelum
memasuki bagian dalam kompleks masjid.
Untuk menghormati masjid,
wisatawan harus berpakaian sopan saat memasuki ruang masjid. Wanita harus
mengenakan kerudung. Penjaga selalu siap mengingatkan di depan pintu masuk.
Begitu sampai di dalam, sejumlah tamu Muslim melakukan shalat sunah masjid.
Sementara sebagian lain memandang masjid dari bagian shaf belakang. Sebab,
bagian depan hanya diperkenankan bagi mereka yang hendak bershalat.
Dari luar, tampaknya tak
ada alasan karya arsitek Mehmed Aga yang dibangun pada 1609-1616 ini disebut
dengan nama Masjid Biru. Barulah setelah kita masuk ke dalam, tampak bahwa
interior masjid ini dihiasi 20.000 keping keramik biru yang diambil dari tempat
kerajinan keramik terbaik di daerah Iznik . Kawasan Turki yang terkenal
menghasilkan keramik nomor wahid berwarna biru, hijau, ungu, dan putih.
Karpet sutera yang menutup
lantai masjid berasal dari tempat pemintalan sutera terbaik dan lampu-lampu
minyak yang terbuat dari kristal merupakan produk impor. Banyak terdapat
barang-barang dan hadiah berharga di masjid ini, termasuk Al Quranbertuliskan
tangan. Keramik yang menghiasi dinding masjid bermotifkan daun, tulip, mawar,
anggur, bunga delima atau motif-motif geometris. Terdapat 260 jendela di dalam
masjid ini, sehingga bila kita berada didalamnya, suasananya teduh dan sejuk.
Elemen penting dalam
masjid ini adalah mihrab yang terbuat dari marmer yang dipahat dengan hiasan
stalaktit dan panel incritive dobel di atasnya. Tembok disekitarnya dipenuhi
dengan keramik. Masjid ini didesain agar dalam kondisi yang paling penuh
sekalipun, semua yang ada di masjid tetap dapat melihat dan mendengar Imam.
No comments:
Post a Comment