Seminggu
berlalu setelah ujian masuk universitas, aku hanya berharap bisa kuliah, tapi
tidak begitu mengharapkan lulus di universitas terbaik di kotaku ini. Tetapi
menunggu pengumuman kelulusan itu membuatku merasa bosan, aku tidak sabar
dengan hasil kerja kerasku selama ini. Tetapi sebenarnya masih ragu dengan
universitas yang aku masuki, karena menurutku terlalu banyak yang mendaftar
dengan jurusan yang sama denganku.
Hari
ini entah kenapa aku kembali mereview semua kejadian dan aktivitas yang pernah
aku lakukan di sekolahku dulu. Aku masih ingat, aku dan temanku pernah menulis
keinginan-keinginan setelah lulus SMA, ya tepatnya di dinding belakang kelas. Saat
itu aku hanya menulis dua kata. Aku juga
masih ingat aku dan temanku juga pernah mendaftar “Student Exchange”, dan orang
tuaku sama sekali tak mengetahuinya, tapi sayang sekali untuk tes kedua aku
tidak lulus. Tiba-tiba lamunanku buyar
dengan kedatangan papa.
“Setiap
hari kamu hanya menuggu email masuk, apa email yang kamu tunggu sangat penting?”
“tidak”
jawabku.
Tiba-tiba
suara pecahan kaca terdengar dari kamar mama, aku segera kesana, sekilas aku
mendengar papa berkata “sudah kukatakan tak akan berhasil walaupun dia tetap
disini”. Aku melihat pecahan cermin di lantai dan tangan mama yang berdarah.
aku menuju keluar rumah dan duduk di teras
rumah sambil menghirup udara segar malam itu. Pikiranku bertambah kacau, karena
kondisi mama yang tidak membaik. Mama mengidap
penyakit psikologis yang sangat sulit untuk di diagnosa. Sejak aku SMP aku
sering menemani mama untuk terapi, tetapi terapi tersebut tidak membawa
keberhasilan, dan mama sempat dirawat di rumah sakit. Aku hanya berfikir kalau
aku kuliah di tempat yang jauh siapa yang akan menjaga mama.
Beberapa
menit kemudian, papa menghampiriku sambil membawa tab milikku.
“apakah
kamu akan memberitahuku, kamu mendaftarkan diri dimana?”
“aku
tidak ingin mama tau” jawabku
Aku sangat
mencemaskan kondisi mama, apalagi mama tak ingin aku meninggalkannya. Kalau dia
mengetahui aku mendaftar di Universitas yang sudah lama aku inginkan, pasti
kondisinya akan memburuk lagi, aku menjadi kebingungan antara harus memilih
menjaga mama dan kuliah di kota ini atau mengambil kesempatan di universitas
yang aku inginkan jika aku lulus.
“dia
akan baik-baik saja”jawab papa meyakinkanku, dan memberikan tab milikku dan
menyuruhku membuka email masuk.
Aku segera
membuka dan membaca email itu, aku tersenyum. “aku lulus” ucapku “di Columbia
University”.
“kamu
lulus di universitas Columbia?!”
“ya,
aku lulus “ jawabku bersemangat
Malam
itu aku segera membereskan barang-barangku dan membeli tiket pesawat secara
online.
Perjalananku
yang jauh dan memakan waktu yang banyak membuatku lelah, tetapi itu semua
hilang ketika aku sampai di tujuan, aku segera mengurus semua hal yang
berhubungan dengan kampus. Di kampus ini di sediakan asrama, aku masih ingat
ketika mendaftar aku memilih untuk tinggal di asrama, karena menurutku akan
lebih baik di asrama sehingga aku bisa fokus terhadap kuliahku. Dan di asrama aku memiliki teman sekamar, aku
berharap bisa menjadi teman baikku nantinya.
Hari
pertama kuliah, pihak kampus mengajak mahasiswa baru untuk berkeliling dan
memperkenalkan area-area di kampus. Pihak kampus memperkenalkan perpustakaan
mereka kepada mahasiswa baru, perpustakaan ini sangat terkenal karena memiliki
koleksi buku yang sangat lengkap.
Ketika
awal perkuliahan, papa mengabariku kalau mama harus di bawa kembali ke rumah
sakit untuk di rawat. Aku sangat kecewa dengan keputusan papa, aku tidak pernah
ingin mama untuk di rawat di sana karena dia akan merasa sangat kesepian. Tapi papa
meyakinkanku kalau dia akan sering mengunjungi mama. Sempat terpikir olehku untuk kembali kerumah
dan membuang keinginanku kuliah di universitas ini, tetapi papa kembali
meyakinkanku dan menenagkanku, dia berjanji akan merawat mama.
1
tahun kemudian
Sudah
setahun berlalu, 2 semester aku lewati, indeks prestasi akademikku meningkat
tiap semesternya. Kerja kerasku untuk kuliah di Universitas ini tidak sia-sia. Aku
sangat senang , akhirnya aku bisa kuliah di universitas yang sangat aku
inginkan , walaupun harus mengorbankan hal-hal penting, yaitu meninggalkan mama
dalam kondisinya yang kurang baik. Dan setahun belakangan ini aku juga
mendengar kondisi mama semakin membaik.hal tersebut tentunya membuatku cukup
tenang.